Selamat datang! Dhia masih belajar ngeblog, makanya blognya aneh. Harap maklum....!! o_O

Minggu, 31 Oktober 2010

Indonesia Dirundung Duka

Bumi pertiwi tak henti-hentinya menangis. Entah kapan bermulanya, hingga detik ini bencana terus melanda Indonesia. Dari mulai banjir, kebakaran, tanah longsor, gunung meletus, gempa, sampai tsunami. Astagfirullah... Ada apa dengan Indonesia??

Kalo yang namanya kebakaran, di Indonesia ini kayaknya udah bukan hal yang aneh lagi. Semuanya berawal dari keteledoran manusia juga. Tidak teliti terhadap segala sesuatu yang dapat menyebabkan kebakaran, seperti yang paling simpel aja, orang biasanya semabarangan kalo buang puntung rokok. Puntung rokok emang kecil, paling-paling panjangnya nggak sampai 4 cm, tapi akibatnya bisa membakar puluhan bahkan ratusan bangunan, dan bisa juga sampai memakan korban jiwa. Naudzubillahimindzalik....

Kalo urusan banjir, biasanya yang paling duluan disalahin adalah pemerintah. Padahal pangkal dari semua masalah banjir, ya tetap saja, masyarakat. Kebiasaan buang sampah sembarangan, buang di kali atau di selokan, bisa menyumbat aliran air sungai, akibatnya terjadi banjir, terutama di musim hujan. Dari banjir itu sendiri, banyak penyakit yang bisa terjangkit. Dan yang dirugikan, ya masyarakat juga. Tapi lagi-lagi yang disalahin pemerintah, pemerintah yang lalai, pemerintah yang kurang tanggap, pemerintah yang kerjanya cuma foya-foya (hehehe kalo yang terakhir ini, no comment). Yang baru-baru ini terjadi adalah banjir di Wasior, Papua. Jumlah korban yang meninggal mencapai lebih dari 160 orang. Innalillah....

Persoalan tanah longsor lebih parah lagi. Tuhan itu sudah menciptakan dan menganugerahi bumi Indonesia dengan tanah yang subuh, kalo dilihat di peta aja hijau banget. Letak daerahnya strategis, iklimya tropis dengan curah hujan cukup tinggi. Bisa dikatakan, Indonesia adalah salah satu paru-paru dunia karena alamnya dipenuhi rimbunan pepohonan tropis yang hijau. Tapi itu dulu,... jauh sebelum Indonesia jadi gundul kayak sekarang. Di Indonesia sekarang ini, orang beramai-ramai menebangi hutan untuk dijadikan tempat hunian, dibangun pabrik dan gedung-gedung. Pohon-pohon ditebangi tanpa ditanami lagi (reboisasi), kayunya dijual bahkan diselundupkan ke luar negeri. Neraga tetangga tertawa, tapi bangsa sendiri menangis. Tanah yang rusak akibat hutan gundul, longsor tak dapat dicegah lagi. Malah masyarakat yang bodoh memilih membakar hutan untuk membuka lahan, akhirnya terjadilah kebakaran hutan. Banyak hewan kehilangan habitat mereka, asap yang tebal mengganggu transportasi dan mengakibatkan penyakit pernafasan. MasyaAllah...

Letak yang strategis memang banyak menguntungkan Indonesia. Tapi ada juga dampak buruknya. Indonesia yang merupakan salah satu negara Asia Tenggara, terletak pada pertemuan lempeng-lempeng geologi, dengan aktivitas kegempaan (seismik) dan gunung berapi (vulkanik) yang tinggi. Di Indonesia sendiri bertemu dua lempeng benua besar, yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Hal ini yang menyebabkan Indonesia rawan gempa.

Gempa yang sering terjadi di Indonesia biasanya berpusat di dasar laut atau di lepas pantai, sehingga tidak jarang menimbulkan tsunami pada daerah di sekitarnya. Yang paling dahsyat yang pernah dirasakan Indonesia adalah gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 pukul 7:58:53 WIB. Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan 95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh, NAD). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka, India, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Maladewa, Somalia, Myanmar, Tanzania, Seychelles, Afrika Selatan, Madagaskar dan Kenya. Jumlah korban tewas dari seluruh daerah yang terkena dampak tsunami diperkirakan mencapai lebih dari 170 ribu jiwa, dan sebagian besar adalah penduduk Indonesia. Warga Indonesia yang dipastikan meninggal pada saat itu adalah sejumlah 126.915 jiwa, korban luka-luka sekitar 100.000 orang, hilang 37.063 orang dan kehilangan tempat tinggal kurang lebih 517.000. Innalillahi....

Selain gempa di Aceh tersebut, yang baru-baru ini terjadi adalah gempa berkekuatan 7,2 SR di lepas pantai Mentawai pada 25 Oktober 2010 lalu. Korban tewas mencapai lebih dari 450 orang.

Ada lagi bencana yang sampai sekarang masih berlangsung, yaitu tragedi letusan gunung merapi. Gunung merapi sampai sekarang masih terus mengeluarhan awan panas disertai abu vulkanis yang berbahaya. Sampai hari ini, jumlah korban meninggal sudah mencapai lebih dari 30 jiwa, termasuk sang kuncen sendiri, Mbah Marijan, yang ditemukan meninggal dalam keadaan sedang sujud. Subhanallah...

Selama proses erupsi Merapi 2010, sebanyak dua juta kubik material vulkanik Gunung Merapi telah runtuh. Kini di puncak Merapi telah terbentuk kawah dengan diameter 200 meter. Hujan pasir dan abu mencapai radius 10 kilometer. Nggak tahu kapan Merapi akan mereda. Erupsi Merapi diperkirakan masih akan terjadi, tapi seberapa besar erupsi dan kapan waktunya sulit diprediksi. Mudah-mudahan prediksi itu salah. Amin...

Tidak hanya Gunung Merapi, aktivitas Gunung Anak Krakatau sejak pekan lalu meningkat. Padahal, letusan gunung Krakatu yang pernah tercatat dalam sejarah mengakibatkan dampak yang maha dahsyat. Kekuatannya dikabarkan sebanding dengan 30.000 kali kekuatan ledakan bom atom di Hiroshima pada Perang Dunia II. Hiii, merinding ngebayanginnya. Tapi mudah-mudahan semua bencana ini cepat berakhir dan tidak sampai kejadian yang macem-macem. Amin...

Baca semua akh...

Jumat, 29 Oktober 2010

Jerawat ~perhiasan diri~


Secuil kecil dan mungil
Yang timbul di halusnya wajah
Layaknya bintang yang kerap muncul
Di tengah gelapnya malam
Selalu menonjol
Dan menarik perhatian

Secuil kecil dan mungil
Yang timbul di saat yang tak pernah tepat
Menjadi suatu hiasan yang harusnya tak ada
Saat seribu tatap tertuju padaku

Secuil kecil dan mungil
Yang selalu membuat jengkel dan frustasi
Namun sekarang kusayang padanya
Kar’na berkatnya, kini kubertambah lucu

Baca semua akh...

Ia yang Telah Tersakiti Hatinya

Ia yang hatinya telah tersakiti
Mencari ia dalam kegelapan
Mencari ia kala jiwanya tengah kesepian
Gulana menyinggahinya dengan terbahak

Dia yang telah tersakiti hatinya
Lara mengusiknya hingga bergoyang
Layaknya angin malam terbangkan sunyi
Meretas dalam galau

Kadang ada air mata dalam derai tawanya
Kadang terselip senyum dalam isak tangisnya
Itulah ia yang telah tersakiti hatinya
Perih…

Ia yang sakit hatinya…
mendayung perlahan biduk kehidupan
mencoba bertahan dengan segenap harapan
Agar tak tersakiti hatinya…

Baca semua akh...

Lolopean

By : Evi, Anggia, Ardhia
Tsm, 01/11/04


Sayang…
Dalam kesendirianku
Kuterlelap dalam buaian rindu
Aku tak tau mengapa rasa ini selalu menghantuiku
Bayangmu selalu menari di fikiranku
Tatkala kuingat senyuman manismu
Andai kamu tahu…
Apa yang aku rasakan
Saat ini, sayang…
Aku ga’ ingin jauh darimu
Kucoba tepis semua Namun…
Semuanya sia-sia
Kau tetap menghantui
Kini…, kucoba akhiri semua kisah
Tentangmu, tentang kita
Tentang cerita indah kita
S’lamanya

Baca semua akh...

Di Hatiku


Luka yang dalam kukubur di tempat ini
Kumasukkan dalam kotak tua
Lalu kupendam dalam tanah
Yang telah aku gali teramat dalam
Kubenam rapat-rapat
Kuinjak-injak tanahnya biar rata
Supaya tak ada celah tempat luka itu bisa keluar
Kutumpuk dengan jerami-jerami kering,
Sampah kompos, dan akar-akar rumput teki
Biar tumbuh disana menutupinya
Lalu nanti akan kutanam aneka
bunga-bunga wangi berwarna-warni
diatasnya
Sengaja… biar saja…
Biar indah tampaknya
Biar harum baunya
Biar tak terasa lagi perihnya
Seperti luka dulu yang kurasa
Dihatiku…

Baca semua akh...

When a GIRL is quiet

sepotong pesan dari teman di Jordan,
Ibrahim Mohammad
May 24, 2009





When a GIRL is quiet ...
millions of things are running in her mind
عندما تكون البنت هادئه..فأن ملايين من الأفكار تدور في مخيلتها

When a GIRL is not arguing ...
she is thinking deeply
البنت اذا لم تعارض فهي تفكر بعمق

When a GIRL looks at u with eyes full of questions ...
she is wondering how long you will be around
عندما تنضر اليك الفتاة بعيون مليئه بالأسئله فهي تتساءل..كم من الوقت
ستضل الى جانبها

When a GIRL answers "I'm fine"...
after a few seconds, she is not at all fine
عندما تجيب الفتاة ب(انا بخير)بعد بضع دقائق لن تكون بخير ابدا

When a GIRL stares at you...
she is wondering why you are lying??
عندما تحدق فيك الفتاة فهي تتساءل لماذا انت تكذب؟؟

When a GIRL lays on your chest...
she is wishing for you to be hers forever
عندما تتمدد الفتاة على صدرك فهي تتمنى ان تكون لها الى الأبد

When a GIRL wants to see you everyday...
she wants to be pampered
عندما تريد وتطلب منك الفتاة رؤيتك كل يوم فهي تحب ان تكون مدلعه

When a GIRL says "I love you"...
she means it
عندما تقول الفتاة انا احبك فهي تعني ذلك حقا

When a GIRL says ' I miss you ' ....
no one in this world can miss you more than that
عندما تقول الفتاة اشتقت لك فلا أحد في هذا العالم يستطيع ان يشتاق لك أكثر
منها

Life only comes around once...
make sure u spend it with the right person ....
الحياة نعيشها مره واحده فكن متأكد انك تقضيها مع الانسان الصحيح

Find a guy ..
who calls you beautiful instead of hot.
ابحثي عن الشاب اللذي يصفك بالجميله بدلا من الجذابه

who calls you back when you hang up on him
اللذي يناديكي عندما تستحوذين عليه

who will stay awake just to watch you sleep
اللذي سيبقى مستيقظا فقط لكي ينظر اليكي وأنتي نائمه

Wait for the guy...
who kisses your forehead
انتظري الشاب اللذي يقبلك من جبينك

Who wants to show you off to the world...
when you are in your sweats
اللذي يريد أن يتباهى بك عندما تكونين غارقه في عرقك

Who holds your hand in front of his friends
اللذي يمسك بيدك أمام أصدقائه

Who is constantly reminding you of...
how much he cares about you
and how lucky he is to have you
اللذي يذكرك باستمرار كم هو مهتم بك وكم هو محظوظ بحصوله عليكي

Who turns to his friends and says,
"That's her!!"
اللذي يلتفت الى اصدقائه ويقول..هذه هي حبيبتي

Baca semua akh...

Merengguk Renungan


tabiat yang tak hilang walau disapu derita
mengukir kenangan dalam lamunan
yang tak pernah nyata

akh…
terjerumus lagi fikirku dalam khayal
mencaci setiap geliat yang terlihat
lagi-lagi…

tak pernah nyata kalanya hidupku ini
hanya sebagai bayangan dalam hitam
tak terlihat jua lah…

selalu diriku berenang dalam lautan mimpi
bagai tak ada pelampung, aku terhanyut…

tau-tau aku basah…
aku gelisah…
aku hilang…
apa artinya ini???

akulah sang pengkhayal...

Baca semua akh...

Benci


Dia datang perlahan
Dan tanpa aku sadari
Dia hadir diam-diam
Saat aku tengah terlelap
Terbuai dalam indahnya biduk mimpi
Aku terlena…

Dia merasuk tanpa terasa
Menembus kedalam lubang poriku
Hinggap di pembuluh darahku, dan ikut mengalir bersamanya
Ia meresap dalam tiap serat ototku
Memenuhi rongga-rongga dalam tubuhku

Aku tak sadar, ia ada dalam partikel udara di sekitarku
Lalu kuhirup lewat hidungku
Melewati batang tenggorokanku
Bercampur dengan setiap hembus nafasku
Memenuhi rongga paruku

Ia ada dalam diriku
Memenuhi hati dan otakku
Setiap saat aku berkedip, tanpa kusadar ia larut dalam substansi sel-selku
Dan aku mulai merasakannya
Setiap saat kebersamaan
Aku mulai benci…

Baca semua akh...

Rabu, 27 Oktober 2010

Belitung Island (Nikah a la Belitung part 2)

Pengantin Beranjuk
Dalam budaya Belitung, terdapat tata cara pernikahan adat yang sakral dan lain dari yang lain. Salah satunya adalah adanya prosesi pengantin beranjuk. Mungkin istilah ini masih asing di telinga kita yang bukan masyarakat Belitung. Istilah pengantin beranjuk diambil dari kata pengantin dan beranjuk. Beranjuk artinya menginap. Berati pengantin beranjuk artinya pengantin menginap. Maksudnya???

Nggak kalah ribetnya sama rangkaian acara pernikahan di rumah pengantin cewek, prosesi pengantin beranjuk yang digelar di rumah pengantin cowok juga ternyata memiliki alur yang cukup panjang dan unik. Kepanitiaan juga cukup njelimet dan mbingungi, hahaha... Cuman bedanya, pengantin beranjuk ini hanya digelar dalam sehari. Saat acara penganten beranjuk sepupuku, aku yang cuma kebagian jadi tukang bantu-bantu masak sekaligus fotografer dadakan pun cukup merasakan kepaknye (capeknya).

Selama kurang lebih seminggu sebelum hari H, semua anggota keluarga sudah dibuat sibuk dengan segala urusan tetek bengek acara. Yang pertama dilakukan adalah pembagian tugas dan kepanitiaan. Untuk menentukan siapa saja yang akan ditunjuk sebagai panitia acara, diadakan rapat panitia yang biasanya dihadiri oleh sesepuh dalam keluarga (kebanyakan udah bapak-bapak), juga orang-orang yang diajukan sebagai calon panitia tersebut. Sedangkan yang ibu-ibu dapat bagian di dapur buat nyiapin hidangan untuk peserta rapat. Susunan panitia yang ditetapkan untuk acara pengantin beranjuk (maupun acara pernikahan) diantaranya adalah :

1. Pengulu gawai (pemimpin hajatan)
2. Tukang ngundang
3. Tukang nerimak tamu (penerima tamu)
4. Tukang tanak nasik (masak nasi)
5. Tukang masak aik (masak air)
6. Tukang ngambik aik (mengambil air)
7. Tukang perikse sajian (memeriksa sajian)
8. Tukang ngelepaskan sajian
9. Tukang nyuci piring
10. Tukang berebut lawang (berebut pintu)
11. Tukang jage jajak (menjaga kue)
12. Tukang ngantar makanan penganten
13. Tukang bearak
14. Tukang ngambelek penganten (menjemput pengantin)
15. Panggong (tukang masak)
16. Mak inang (juru rias pengantin)

Setelah seluruh panitia terbentuk, maka seluruh panitia dan kerabat mulai begawai pada keesokan harinya. Yang pertama dilakukan adalah nyelamatek gawai oleh dukun kampong. Setelah itu, para cowok dari yang tua sampai yang muda bergotong royong untuk menata panggung dan tenda untuk hajatan. Besoknya, kira-kira H-2, dimulai acara ngebumbu/ngeranca bumbu (meracik bumbu sebagai persiapan untuk memasak esok harinya). Lalu H-1'nya mulai bemasak.

Pada hari H, keluarga pengantin cewek, beserta kedua mempelai, datang dengan iring-iringan rebana. Tapi mereka tidak harus beradu pantun dulu seperti pada acara di rumah pengantin cewek. Seluruh rombongan masuk kedalam rumah pengantin cowok, dan kedua mempelai menempati pelaminan. Berhubung aku cuman jadi panitia 'bagian belakang' alias bantu-bantu masak, jadinya aku kurang tau ngapain aja mereka di dalam rumah. Keliatannya sih, mereka cuma bekelakar untuk mengakrabkan kedua keluarga. Lalu (kalo gak salah), ada acara dimana kedua mempelai berkeliling sambil bersalaman dengan seluruh anggota rombongan pengantin cewek. Mungkin sebagai salam perpisahan atau apa... kar'na mulai hari itu, kedua mempelai akan tinggal di rumah keluarga cowok. Itulah kenapa prosesi ini dinamakan pengantin beranjuk, karena pada hari inilah pengantin diantarkan ke rumah pengantin cowok untuk beranjuk (menginap).

Nggak terasa, hari mulai sore... Tamu undangan sudah mulai sepi. Aku yang tadinya cuma kebagian tugas bantu-bantu masak, beralih profesi jadi fotografer dadakan. Jepret sana, jepret sini... Sedih juga, karena fotografer adalah satu-satunya orang yang nggak kebagian difoto. Wekkk... Tapi sekali lagi, aku cukup puas. Ternyata begini yah prosesi pernikahan a la Belitung. Ribet plus unik.

Luph ya, Belitong...

Sumber : PERDA KAB.Belitung No.3 Th.2003
http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id

Baca semua akh...

Belitung Island (Legenda : Asal Usul Belitong)

Belitung berasal dari kata Belitong, yang merupakan sejenis siput laut. Konon ceritanya, pulau Belitung yang bentuknya mirip kepala manusia ini merupakan bagian dari semenanjung utara pulau Bali yang terputus, lalu hanyut terbawa arus gelombang menuju ke arah utara. Peristiwa apakah gerangan yang menyebabkan terpisahnya pulau Belitung dari pulau Bali?

Alkisah, di pulau Bali, hidup seorang raja yang adil dan bijaksana. Sang raja sangat disegani dan disayangi oleh rakyatnya. Apapun yang dititahkannya pasti akan dipatuhi oleh rakyatnya. Raja tersebut mempunyai seorang putri yang cantik jelita. Kecantikannya terkenal hingga ke berbagai negeri. Sudah banyak pemuda dan putra mahkota yang datang untuk melamarnya, namun tak satu pun lamaran mereka yang diterimanya.

Pada suatu hari, seorang putra mahkota tampan dari kerajaan tetangga datang melamarnya. Ia adalah putra mahkota dari sahabat karib ayahandanya. Namun sang putri tetap menolak lamaran tersebut. Sang raja dan permaisuri sangat heran melihat sikap putri mereka itu.

"Permaisuriku, ada apa dengan putri kita? Kenapa setiap pelamar yang datang selalu ditolaknya?"

"Entahlah, Kanda! Tapi Dinda merasa putri kita sedang menyembunyikan sesuatu," kata permaisuri.

"Kalau begitu, sebaiknya hal ini kita tanyakan langsung kepadanya," kata sang raja.

"Baiklah, Kanda. Biarlah Dinda yang bicara kepadanya mengenai hal ini," sahut permaisuri.

Pada suatu sore, permaisuri melihat putrinya sedang duduk di kamarnya. Ia pun segera menghampirinya.

"Putriku, mengapa Ananda selalu menolak lamaran yang datang?"

Mendengar pertanyaan ibunya, sang putri hanya terdiam menunduk. Mulanya, ia malu untuk mengungkapkan alasannya menolak semua lamaran tersebut. Namun setelah didesak, dengan berat hati sang putri pun menjawab,

"Maafkan ananda, Ibunda. Bukannya ananda tidak mau menerima lamaran mereka. Tapi ananda merasa malu dengan penyakit yang sedang ananda derita ini."

"Penyakit apakah yang sedang Ananda derita? Kenapa Ananda tidak pernah bercerita kepada Ibunda?" sang permaisuri bertanya lagi. Karena kaget putrinya sakit, sang permaisuri langsung memeluk putrinya itu.

Sambil menangis di pelukan ibundanya, sang putri bercerita tentang penyakitnya.

"Ananda sedang mengidap penyakit menular, Ibunda," ungkap sang putri.

Mendengar hal itu, permaisuri pun mengerti dan merasa sedih atas nasib yang menimpa putrinya. Ia pun segera menyampaikan berita buruk ini kepada baginda raja. Betapa terkejutnya sang raja mendengar berita itu. Ia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Setelah berpikir sejenak, akhirnya baginda raja dan permaisuri memutuskan untuk mengadakan sayembara. Barangsiapa mampu menyembuhkan penyakit sang putri, ia akan dinikahkan dengan sang putri. Sang raja pun segera memerintahkan kepada hulubalang istana agar menyebarkan pengumuman ke berbagai negeri.

Pada hari yang telah ditentukan, berkumpullah para ahli pengobatan dari berbagai penjuru negeri untuk mengikuti sayembara tersebut. Satu per satu para ahli tersebut dipanggil untuk mengobati penyakit sang putri. Meskipun para ahli tersebut telah mengeluarkan kemampuan dan kesaktian masing-masing, namun tak seorang pun yang berhasil menyembuhkan penyakit sang putri. Putuslah harapan sang raja dan permaisuri. Oleh karena khawatir penyakit sang putri akan menular kepada orang-orang di sekitarnya, akhirnya sang raja pun memutuskan untuk mengasingkan putrinya ke tengah hutan di semenanjung sebelah utara pulau Bali.

Keesokan harinya, setelah segala sesuatunya disiapkan, sang putri pun diantar ke tempat pengasingan. Ia diantar oleh sang raja dan permaisuri beserta para pembantu istana. Sesampainya disana, sang putri dibuatkan sebuah pondokan untuk tempat tinggalnya. Setelah itu, sang putri pun ditinggal bersama anjing peliharaannya yang bernama Tumang. Sebelum kembali ke istana, permaisuri berusaha membujuk dan menenangkan hati putrinya.

"Maafkan kami, Putriku. Ayahanda dan Ibunda terpaksa meninggalkan Ananda sendirian disini hingga penyakit Ananda sembuh. Ananda tidak usah khawatir, sesekali waktu Ibunda akan mengutus beberapa orang pengawal istana untuk mengantarkan makanan dan segala keperluan Ananda selama tinggal disini," ujar permaisuri kepada putrinya.

"Baiklah Ibundan. Demikeselamatan orang lain, Ananda rela tinggal disini. lagi pula, Ananda sudah ditemani oleh si Tumang," kata sang putri.

Setelah memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk perlindungan sang putri, dengan perasaan sedih sang raja dan permaisuri beserta rombongannya pergi meninggalkan tempat tersebut.

Selama berada di dalam hutan itu, sang putri selalu ditemani oleh anjing kesayangannya kemana pun ia pergi. Hingga akhirnya sang putri jatuh cinta pada anjingnya itu dan hamil. Tapi kemudian penyakit sang putri mulai sembuh.

Ketika pada suatu hari datang seorang utusan raja menjenguk sang putri, ia terkejut melihat sang putri hamil. Maka sang putri pun menceritakan hal yang sebenarnya bahwa penyakitnya sudah mulai sembuh, dan ia sedang mengandung anak si Tumang.

Maka sang utusan pun kembali ke kerajaan dan menceritakan kejadian yang menimpa sang putri kepada raja dan permaisuri. Awalnya sang raja senang karena penyakit putrinya telah sembuh, tapi kemudia ia marah setelah mendengar bahwa putrinya itu mengandung anak anjing. Sang raja benar-benar murka karena sang putri telah melakukan perbuatan yang terlarang dan mencemarkan nama baikk keluarga istana.

Pada suatu malam, sang raja mensucikan diri dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar menghukum putrinya.

"Ya, Tuhan, berikanlah hukuman kepada putriku yang telah melanggar perintahMu. Hancurkan tempat dimana putriku telah melakukan perbuatan tercela."

Doa sang raja pun dikabulkan. Beberapa hari kemudian, hujan deras disertai angin yang sangat kencang datang menerjang. Tidak berapa lama kemudian, bumi pun bergetar sehingga semenanjung pulau Bali tempat sang putri diasingkan itu terputus dan hanyut menuju ke arah utara.

Nun jauh disana, di tengah laut lepas sebelah timur pulau Sumatra, dua orang nelayan yang bernama Datuk Malim Angin dan Datuk Langgar Tuban sedang memancing ikan dengan menggunakan perahu sampan. Saat sedang asik memancing, tiba-tiba mereka dikejutkan sebuah pemandangan yang aneh. Datuk Malim Angin melihat sebuah pulau hanyut dan melintas tidak jauh dari tempat mereka memancing. Tanpa pikir panjang lagi, ia pun segera mengayuh sampan dan mengejar pulau itu. Ketika berhasil mencapai salah satu bagian pulau tersebut, Datuk Malim Angin pun segera mengambil sebuah tali sauh dan mengikatkannya pada sebatang pohon yang ada di kaki sebuah gunung, kemudian melemparkan jangkarnya yang telah diikatkan pada ujung tali itu ke dasar laut. Beberapa saat kemudian, pulau itu pun berhenti dan tidak hanyut lagi.

Menurut kepercayaan masyarakan setempat, gunung tempat Datuk Malim Angin menambatkan tali sauhnya disebut Gunung Baginde yang kini terletak di kampung Padang Kandis, Membalong, Belitung. Sementara pulau yang hanyut itu diberi nama Belitong yang berasal dari kata Bali Terpotong. Lama kelamaan penyebutannya berubah menjadi Belitung.

Cerita ini memang hanya fiktif belaka. Sebagian besar kisahnya tidak dapat diterima oleh akal sehat. Namanya juga legenda, nggak harus dipercaya, tapi legenda yang kaya akan nilai moral ini patut kita jadikan pembelajaran. Banyak pesan moral yang dapat kita ambil hikmahnya disana. Seperti dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu :

ingat hidup banyak godaan
di kiri iblis di kanan setan
nafsu menanti di dalam badan
selera menunggu di angan-angan
bila lengah hidup mengenyam
bila lalai rusaklah iman


sumber : http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore.php?ac=120&l=asal-usul-pulau-belitung

Baca semua akh...

Selasa, 26 Oktober 2010

Belitung Island (Pulau Belitung)

BELITUNG.......???
Gak banyak yang tahu, emang... Tapi orang yang baru tahu tentang Belitung pasti berkomentar : "Belitung kereeennnn!!!" Dijamin deh, semua orang pasti berdecak kagum begitu melihat dan menikmati keindahan pulau Belitung. Kecil-kecil cabe rawit...

Belitung terletak di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Namanya juga provinsi kepulauan, pastinya terdiri dari banyak pulau. Pulau utamanya adalah pulau Bangka dan pulau Belitung. Dua pulau ini dikelilingi oleh ratusan pulau kecil lainnya, baik yang berpenghuni maupun yang nggak berpenghuni. Belitung sendiri dikelilingi oleh 189 pulau-pulau kecil. Beberapa diantaranya cukup besar dan terdapat beberapa desa.

Tapi aku nggak akan ngebahas tentang Bangka, soalnya belum pernah ke Bangka, jadi takut salah, hehehe ^_^'
Aku akan ngebahas tentang pulau Belitung.

Belitung, atau Belitong (bahasa setempat, diambil dari nama sejenis siput laut), dulunya dikenal sebagai Billiton adalah sebuah pulau di lepas pantai timur Sumatra. Pulau ini berukuran sedikit lebih kecil dari pulau Bangka. Secara geografis pulau Belitung (Melayu ; Belitong) terletak pada 107°31,5' - 108°18' Bujur Timur dan 2°31,5'-3°6,5' Lintang Selatan. Secara keseluruhan luas pulau Belitung mencapai 4.800 km² atau 480.010 ha.Pulau Belitung disebelah utara dibatasi oleh Laut Cina Selatan, sebelah timur berbatasan dengan selat Karimata, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah barat berbatasan dengan selat Gaspar. Panjang diameter dari Timur ke Barat kira-kira 79km dan dari Utara ke Selatan kira-kira 77km. Seperti halnya iklim tropis, temperatur udara pada siang hari antara 28-31 derajat Celcius dan pada malam hari antara 24-26 derajat Celcius, untuk hampir sepanjang tahun. Pada masa bulan Oktober - April, intensitas hujan akan lebih tinggi.

Pulau Belitung terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung, beribukota di Tanjung Pandan, dan Belitung Timur, beribukota Manggar. Pulau ini dahulu dimiliki Britania Raya (1812), sebelum akhirnya ditukar kepada Belanda, bersama-sama Bengkulu, dengan Singapura dan New Amsterdam (sekarang bagian kota New York).

Pulau ini terkenal dengan lada putih (Piper sp.) yang dalam bahasa setempat disebut sahang, dan bahan tambang tipe galian-C seperti timah putih (Stannuum), pasir kuarsa, tanah liat putih (kaolin), dan granit. Kekayaan laut menjadi salah satu sumber mata pencaharian penduduk Belitung. Sumber daya alam yang tak kalah penting bagi kehidupan masyarakat Belitung adalah timah. Usaha pertambangan timah sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda. Penduduk Pulau Belitung terutama adalah suku Melayu (bertutur dengan dialek Belitung) dan keturunan Tionghoa Hokkien dan Hakka.

Baca semua akh...

Senin, 25 Oktober 2010

Belitung Island (Wisata Pantai Belitung part 1)

Belitung memang pulau mini. Tapi pulau ini terkenal dengan pantai-pantainya yang menyimpan keindahan yang menakjubkan. Tapi biarpun nama "Belitung" sudah familiar di telinga orang-orang di seluruh Indonesia, tetep aja kalo belum pernah datang ke tempat ini, pasti nggak akan tahu gimana keindahan Belitung yang sebenarnya.

Pantai-pantai yang terdapat di Belitung sangat eksotis. Enak banget suasananya kalo berada di pantai Belitung ini. Kalo mau melihat sunrise, tinggal pergi ke pantai di Belitung Timur. Sebaliknya, kalo mau melihat Sunset, tinggal pergi ke Belitung bagian barat.

Untuk posting kali ini, aku mau membahas wisata pantai di daerah Belitung dulu, atau Belitung bagian barat.

1. Tanjung Kelayang

Tanjung Kelayang


Pantai ini merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Belitung. Pantai Tanjung Kelayang terletak di Kecamatan Sijuk sekitar 27 Km dari Tanjungpandan, ibukota Kabupaten Belitung.

Tanjung Kelayang


Bebatuan besar terhampar begitu fantastik! Tanjung Kelayang memiliki karakteristik pantai berpasir putih dan laut biru yang tenang. Pantai pasir putih terhampar sejauh kurang lebih 4 km sampai ke Tanjung Tinggi.


Tanjung Kelayang


Tanjung Kelayang adalah semenanjung yang menjorok ke arah Utara, dengan pulau granit kelayang terletak sebelah Timur.

Tanjung Kelayang


Karakter pantainya cocok untuk berenang atau berjemur diantara bebatuan granit yang tersusun menakjubkan. Bagi Anda yang hobi fotografi, pantai ini pas untuk memuaskan hobi anda.


(arahkan cursor mouse pada gambar untuk melihat deskripsi gambar!)
2. Tanjung Tinggi

Tanjung Tinggi


Pantai Tanjung Tinggi terletak tidak jauh dari Pantai Tanjung Kelayang, berjarak sekitar 8 Km dari Sijuk, dan 31 Km dari Tanjungpandan atau bisa di tempuh dalam waktu 45 menit dari Tanjungpandan.

Tanjung Tinggi


Pantai ini meliputi area seluas kurang lebih 80 Hektar. Pantainya dihiasi susunan bebatuan granit setinggi 15 m ditepian & dilepas pantai. Lebar pantai 5 m saat pasang tertinggi dan 8 m saat pasang terendah dengan panjang bibir pantai sekitar 1 km.


Tanjung Tinggi


Pantai ini berbentuk teluk kecil. Di ujung timur, terdapat tumpukan bebatuan yang salah satu celahnya membentuk sebuah "lorong" yang dapat dilalui. Udara di lorong batu itu sangat sejuk, serasa diruang berpendingin-udara.

Tanjung Tinggi


Kawasan Pantai Tanjung Tinggi sangat cocok untuk berjemur, memancing, menyelam, berenang, bermain jet ski atau bahkan bermain diatas pasir di tepian pantai.


(arahkan cursor mouse pada gambar untuk melihat deskripsi gambar!)
3. Tanjung Pendam

Tanjung Pendam


Pantai ini terletak di pusat kota Tanjungpandan, sering diadakan event besar seperti yang baru-baru ini diselenggarakan, yaitu Beach Volley Ball Tournament Asia Pasific, diikuti sekitar 15 negara dalam rangkaian Sail Indonesia 2010.

Tanjung Pendam


Pantai ini sudah dikemas oleh Pemda setempat sedemikian rupa sehingga menjadi taman tepi pantai yang nyaman bagi warga kota. Terdapat beberapa sarana permainan anak-anak, seperti ayunan, jungkat-jungkit, dan perosotan.


Tanjung Pendam


Dibagian depan pantai ini terdapat pulau Kalamoa.

Tanjung Pendam


Menjelang senja kita dapat menyaksikan pemandangan yang menakjubkan saat matahari terbenam, dimana terlihat sinarnya yang beraneka ragam. Pantai Tanjung Pendam menyajikan panorama sunset yang spektakuler.


(arahkan cursor mouse pada gambar untuk melihat deskripsi gambar!)

Baca semua akh...

Minggu, 24 Oktober 2010

Belitung Island (Nikah a la Belitung part 1)

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku budaya dan etnis. Hal itulah yang membuat Indonesia menjadi negara yang kaya. Kaya akan keragaman yang menyatukan seluruh bangsa. Bhineka Tunggal Ika, itulah semboyang kebanggaan rakyat Indonesia.Meskipun berbeda-beda, tapi tetap satu jua, Indonesia.

Memang pantas kalo semua orang bilang "I Love Indonesia". Gimana nggak? Keragaman bangsa Indonesia yang tidak ternilai itu menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang kaya, bahkan terkenal di mata dunia. Terdiri dari beribu pulau, menghimpun jutaan rakyatnya yang berasal dari berbagai golongan etnis, agama, bahasa, adat, suku dan budaya, dari mulai yang kulit putih, hitam, dan berwarna, yang tinggi dan pendek, yang kurus dan gemuk, yang cantik, ganteng, jelek, atau biasa-biasa aja,.... hahaha mulai nggak nyambung...!

Tapi bener deh, semua itu bikin bangga. Buat aku, keragaman itu semakin terasa waktu aku memulai domisili aku di Belitung. Pulau kecil ini mampu membuat orang takjub. Budayanya yang kental menyirikan 'Indonesia bangetttt'. Hahaha lebay...

Yang paling terasa banget adalah sekitar 1 bulan yang lalu waktu acara mantenan sepupuku. Sampai sekarang masih terasa capeknya. Tapi beruntung, akhirnya bisa tau adat daerah kelahiran sendiri. Jadi kali ini aku akan membahas tentang pernikahan dalam adat Belitung biar nggak asing dengan salah satu budaya Indonesia itu.

Jauh-jauh hari sebelum berlangsungnya acara pernikahan, ada acara mutus paham, yang kadang juga disamakan dengan acara lamaran. Saat mutus paham ini, wakil keluarga calon pengantin cewek (kalau ngikutin tata cara meminang yang benar sih, harusnya yang cowok), datang ke rumah calon pengantin cowok. Pada hari itu, selain acara meminang, dilakukan juga perundingan antara dua keluarga mengenai acara pernikahan yang akan digelar. Pihak pelamar biasanya menyerahkan sejumlah barang kepada yang dilamar, sebagai simbol pertunangan. Selanjutnya ditentukan kapan pernikahan akan dilangsungkan. Setelah keputusan tentang hari dan tanggal ditentukan, maka pada hari yang dimaksud, dilangsungkanlah prosesi pernikahan tersebut.

Acara pernikahan a la Belitung biasanya berlangsung lebih dari 1 hari. Acara pertama dari rangkaian pernikahan itu adalah acara ketuk pintu. Pada hari pertama ini, calon pengantin cowok datang ke rumah calon pengantin cewek, bersama-sama dengan keluarganya (setelah sebelumnya pengantin laki-laki dijemput utusan dari pihak mempelai perempuan yang diarak dengan kesenian hadra). Tapi mereka tidak bisa langsung masuk kedalam rumah pengantin cewek, karena mereka dihadang oleh wakil keluarga calon pengantin cewek (hanya saja, biasanya rombonan pengiring dipersilahkan masuk terlebih dahulu). Ada tiga lawang (pintu) yang harus dilewati. Prosesi ini disebut berebut lawang. Pada lawang pertama, terjadi acara berbalas pantun antara wakil keluarga cowok dengan wakil keluarga cewek. Wakil dari rombongan calon pengantin cowok membacakan sebaris pantun, kemudian dibalas oleh pihak tuan rumah yang diwakili oleh tukang tanak (orang yang memasak nasi). Balas pantun ini terjadi beberapa kali hingga maksud kedatangan rombongan pengantin cowok tersampaikan. Ini adalah sebagai simbol bahwa cowok harus melewati tantangan perkawinan untuk menafkahkan keluarga.

Setelah itu berlanjut ke lawang yang kedua. Disini terjadi juga balas pantun. Tapi kali ini tuan rumah diwakili oleh pengulu gawai (pimpinan hajatan). Isi balas pantunnya sama juga, yaitu pengulu gawai menanyakan maksud kedatangan rombongan tamu. Biasanya acara balas pantun ini berlangsung seru dan lucu, hingga yang mendengarkan ramai tertawa terbahak-bahak. Tantangan di lawang yang kedua ini maksudnya agar pengantin cowok nantinya dapat melewati bahtera rumah dan memimpin biduk perkawinan.

Selanjutnya lawang yang ketiga. Disini yang berperan adalah mak inang (juru rias pengantin). Mak inang menanyakan sire atau bawaan rombongan calon pengantin cowok. Pemberian sire kepada keluarga calon pengantin cewek ini dimaksudkan untuk mengikat tali persaudaraan antara dua keluarga. Hantaran pernikahan itu terdiri dari seperangkat tempat sirih lengkap, yang didalamnya terdapat 17 macam barang yang melambangkan jumlah rakaat shalat dalam 1 hari. Selain itu ada juga sejumlah uang yang biasanya kelipatan lima, yang melambangkan shalat wajib 5 waktu. Setelah itu, rombongan tamu baru boleh masuk, dan calon manten cowok dipertemukan dengan calon manten ceweknya. Lalu digelarlah prosesi akad nikah. Sebagai catatan, (katanya) biasanya pada hari pertama ini, orang tua dari calon pengantin cowok tidak ikut hadir. Nggak tau maksudnya kenapa harus begitu... Tantangan yang ketiga ini dimaksudkan agar mempelai cowok selain dapat menafkahkan dan memimpin keluarga juga harus mampu menghiasi rumah tangga dengan nuansa kegembiraan dan keindahan.

Mengapa setiap melewati lawang-lawang tersebut selalu disemarakkan dengan budaya berbalas pantun, memberi simbol tawar menawar, begitulah perkawinan hendaknya mampu mengatasi aral melintang mau menjawab tantangan.

Hari kedua dari rangkaian acara pernikahan ini adalah saat hari bejamu. (Tapi berhubung akad nikah Eko dilaksanakan pada hari Jumat, maka hari bejamunya baru digelar pada hari Minggunya). Pada hari ini, kedua keluarga beserta orang tua pengantin dipertemukan. Tujuannya adalah untuk mempersatukan kedua keluarga tersebut. Mak inang sangat berperan disini. Dia memandu serangkaian adat pernikahan. Selain itu, keluarga manten cowok membawa serta sejumlah hantaran untuk keluarga manten cewek. Kalau hantaran si Eko sih banyak, ada pakaian untuk pengantin ceweknya, alat kecantikan, selimut, dan lain-lain (aku lupa, hehehe).

Nah, berdasarkan adat Belitung asli, masih ada 1 hari lagi dalam rangkaian pernikahan ini. Pada hari ini, kedua pengantin dimandikan dengan air kembang 7 rupa, namanya mandik besimbor. Setelah itu, ada juga acara injak telur. Ada yang menarik pada acara hari ketiga ini, yaitu saat pengantin berlari menuju pelaminan. Konon katanya, barangsiapa yang mencapi pelaminan lebih dulu, dialah yang akan mengatur roda kehidupan keluarganya kelak. (Tapi berhubung besoknya hari Senin, dan kedua pengantin tidak memperoleh cuti nikah yang panjang dari bosnya, makanya Eko dan bini sepakat untuk tidak menggelar acara hari ketiga ini ^_^')

Tadinya aku kira rangkaian pernikahan a la Belitung itu sudah selesai sampai disitu. Tapi ternyata aku salah. Masih ada satu acara lagi yang namanya pengantin beranjuk atau pengantin menginap. Tapi bahasan tentang pengantin beranjuk ini akan diulas dalam postingan yang selanjutnya. Ditunggu aja ya...

Baca semua akh...

Selasa, 19 Oktober 2010

Belitung Island (Sejarah)

Mungkin dulu sedikit banget orang yang tahu Belitung. Pulaunya kecil, nggak terkenal. Waktu aku masih sekolah dulu, tiap ada yang nanya, "kamu lahirnya dimana?", begitu aku jawab "Belitung", orang-orang pada mengerutkan kening. Bingung, gak tau itu daerah mana. "Jauh enggak kalo dari Cibitung?" Hahaha, ada-ada aja. Apalagi kalo aku bilang Tanjung Pandan. Mereka malah bilang, "Oh,..Ujungpandang...!" Nah, lho...

Agak ngenes juga sih, daerah kelahiran aku yang beautiful ini nggak dikenal orang. Tapi itu dulu, waktu jamannya aku masih sekolah. Siapa sangka sekarang Belitung jadi terkenal banget? Bahkan Belitung jadi salah satu tujuan wisata favorit di Indonesia. Hal ini terbukti dengan dipilihnya Belitung menjadi lokasi kunjungan dalam rangkaian tur Sail Indonesia 2010. Wah... hebat kan? Ini sebenarnya nggak lepas dari jasanya sang penulis novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata, yang secara drastis telah membuat sohor pulau ini dengan novel tetralogi bikinannya itu. Haduh, bangga rasanya waktu orang-orang mulai bertanya "kamu dari belitung, kan? negri laskar pelangi itu yah?" Hew...hew...hew...

Ada perasaan bangga ketika akhir-akhir ini orang-orang sering menyebut-nyebut Belitung, atau "aku pengen sekali-sekali maen ke Belitung". Wah... I love Belitung deh... Tapi rasanya rasa cinta itu nggak mantap kalo kita nggak tahu seluk beluk Belitung yang sebenarnya. Apalagi sejarah panjang yang dialami oleh Belitung, yang menjadikan Belitung seperti sekarang ini.

Nama Belitung beberapa kali disebut dalam sejarah. Pada tahun 1293, Majapahit menguasai Bangka dan Belitung maka nama Belitung tertulis dalam Syair Nagara Kartagama tahun 1365, ditulis oleh Mpu Prapanca. Pada tahun 1413 kedatangan Laksamana Cheng Ho dari China menyebutkan Belitung dalam catatan perjalanannya. Tahun 1436, Fei Hsin ahli sejarah China juga mencatat tentang Belitung.

Pada masa Majapahit, Belitung dipimpin oleh seorang panglima kerajaan yang disebut Rangga Yuda oleh penduduk disebut Rangga Uda atau Ronggo Udo berkuasa di Badau. Raja ini memerintah sampai beberapa generasi dan tiap generasi rajanya tetap saja bergelar dengan sebutan Rangga Uda atau Ronggo Udo sampai turunan ke tiga atau raja terakhir tak memiliki keturunan laki-laki sebagai pewaris tahta.

Masa pemerintahan Rangga Yuda atau Ronggo Udo, dikenal ada empat wilayah kekuasaan antara lain, wilayah Badau disebut Tanah Yuda atau Singa Yuda yang berarti negeri panglima atau tempat pemerintahan raja, wilayah Buding disebut Istana Yuda yang berarti tempat pesanggrahan raja, wilayah Sijuk disebut Wangsa Yuda atau Krama Yuda yang berarti tempat keluarga serta abdi raja. dan terakhir adalah Sura Yuda yang berarti tempat suci raja atau daerah yang dikeramatkan.

Tahun 1520, mundurnya kerajaan Majapahit yang seiring dengan masuknya Islam di Jawa, Belitung pun kedatangan seorang ulama dari Gresik, yaitu Datuk Mayang Gresik, menandai masuknya Agama Islam pertama di Belitung. Datuk Mayang Gresik berhasil menarik banyak pengikut hingga beliau mengusai tahta kerajaan Badau dari tangan raja Ronggo Udo yang terakhir. Setelah Datuk Mayang Gresik menduduki tahta, beliau juga diberi gelar Ronggo Udo, namun karena Beliau Islam maka disebut Kiai Ronggo Udo atau Ki Ronggo Udo. Kepercayaan dan agama penduduk terpecah menjadi dua, yang beragama Islam menjadi kukuh di Pelulusan sedangkan sebagian pemeluk Hindu tetap bertahan di Badau dan sekitarnya juga di tiga wilayah Yuda lainnya.

Sekitar tahun 1600, masuklah seorang bangsawan dari Mataram, Kiai Masud atau Kiahi Gegedeh Yakob alias Ki Gede Yakob. Sebagai seorang ulama Ki Gede Yakob diterima baik oleh raja Balok Ki Ronggo Udo atau Datuk Mayang Gresik karena misi dari ulama Gresik ini belumlah maksimal mengIslamkan penduduk Belitung apalagi praktek perdukunan dan mistik masih begitu kental merasuki penduduknya.

Ki Ronggo Udo atau Datuk Mayang Gresik tak memiliki putra mahkota hingga ketika putri tunggalnya Nyi Ayu Kusuma menikah dengan Ki Gede Yakob Tahta kerajaan Balok diserahkan Ki Ronggo Udo kepada Ki Gede Yakob. Penyerahan kekuasaan ini bukan semata karena Ki Ronggo Udo tidak memiliki putra mahkota tapi Ki Gede Yakob adalah putra keluarga Negara Mataram yang hampir menguasai seluruh pulau Jawa kecuali Banten, Cirebon, dan Batavia.


Tahun 1618-1661 : Depati Cakraninggrat I (Ki Gede Yakob)
Setelah naik tahta tahun 1618, Ki Gede Yakob meminta restu serta perlindungan kepada Cakrakusuma Agung atau Sultan agung di Mataram atas kekuasaannya di Balok. Tapi oleh Sultan menganjurkan untuk segera minta pengakuan serta perlindungan pada raja Palembang karena Palembang masih dibawahi Mataram. Perintah Sultan Mataram itu dipenuhi oleh Ki Gede Yakob kemudian oleh mertuanya yaitu Ki Ronggo Udo mengutus seorang kepercayaannya yang berasal dari Badau. Utusan ini dikhususkan guna meminta pengakuan dan perlindungan Palembang atas kekuasaan seorang putra Mataram. Konon, utusan ini hanya seorang diri dan menyelesaikan tugasnya hanya beberapa hari saja. Dan utusan itu menjadi terkenal hingga penduduk melekatkan sebuah senandung yang dikenal sampai kini “Unggang-Unggit Perau Badau, Sape Kecit Debawak Ngayau” dengan demikian seluruh sisa dari kekuasaan Majapahit yang tersisa di Belitung takluk kepada raja Balok keluarga Mataram Islam ini.


Tahun 1661 Ki Gede Yakob menguasai seluruh Belitung atas restu Mataram dan memerintah Kerajaan Balok dengan pangkat depati dan bergelar Cakraninggrat dan keturunannya bergelar Kiahi Agus atau Ki Agus untuk laki-laki, dan Nyi Ayu atau Nyayu untuk turunan perempuan. Pada masa ini sudah dikenal adanya rumah balai atau rumah adat yang disebut dengan Ruma Gede. Balai atau rumah adat ini didirikan karena untuk mengikat penduduk yang terpisah dari empat wilayah serta beragam etnis yang sudah bermukim di Belitung. Hukum Adat mulai dilakukan dengan tegas di masa ini, baik perdata atau pidana; misal jika ada yang membunuh maka si pembunuh harus dihukum gantung, jika ada yang tak sanggup membayar hutang maka harus menjadi budak dari piutang hingga hutangnya lunas, jika mengambil istri orang hukumannya dibunuh di gelanggang umum, jika laki-laki dan perempuan bermuat mesum atau berzina maka hukumannya dibuang ke laut, dan lain sebagainya.

Pada masa Cakraningrat I, seorang ulama Islam, Syech Abdul Jabar Syamsudin, dari Pasai, menyiarkan agama Islam di Balok dan memperkenalkan awal kesenian hadra atau rudat. Makam beliau berdekatan dengan makam Ki Gede Yakob di Balok Lama.

Tahun 1661-1696 : Depati Cakraninggrat II atau Ki Agus Abdullah atau KA Mending alias Ki Mending
Ki Mending memindahkan pusat pemerintahan ke Tebing Tinggi atau Balok Baru. Beliau seorang pertapa, menganut mistis terkenal dengan julukan raja dukun yang memberikan wewenang kepada para dukun di tiap-tiap kampung atau kubok. Jadi penduduk tidak lagi perlu meminta izin raja jika mau menguasai tanah ladang tapi cukup ke dukun. Beliau mencanangkan Tanah Pusake yang tak boleh diganggu antara lain Tanjung Kelumpang, Hulu Sungai Lenggang, Hulu sungai Kembiri. Setelah wafat, Cakraninggrat II, KA Abdullah atau Ki Mending di makamkan di Balok Baru.

Tahun 1696-1700 : Depati Cakraninggrat III, KA Ganding atau Ki Gending
Sebelum Ki Gending menduduki tahta menggantikan ramondanya, beliau selalu ke Kataram, belajar ilmu pemerintahan kepada sunan Tegalwangi hingga ketika sudah memerintah, beliau membagi kekuasaan kepada 4 wilayah yang pada masa Cakraninggrat I dikuasai langsung oleh raja atau depati Ki Gede Yakob. Ke 4 wilayah ini dinamakan ngabehi (4 wilayah yang namanya berbau hindu seperti Tanah Yuda, Istana Yuda, Krama Yuda, Sura Yuda sudah tidak dipakai lagi).

Pada masa ini mengikisan ajaran yang berbau Hindu terus gencar dilakukan bersama masuknya ulama-ulama dari Pasai dan seorang anak raja menjadi ulama yang sangat taat keIslamannya yaitu KA Siasip, beliau sudah meninggalkan ajaran kaula gusti yang masih melekat dalam ajaran keluarga di keraton. Sebagai Penghulu Islam, beliau mengajar berbagai sistem dan tatacara adat-istiadat yang disesuaikan dengan ajaran Islam, seperti tatacara pernikahan dan perayaan pernikahannya. Sampai KA Siasip meninggal, beliau tetap dihormati bahkan ada orang mengeramatkan makamnya yang disebut dengan Keramat Sisil, Konon, ada pohon sisil di makamnya, jika dipotong dahannya maka akan tumbuh lagi dalam sekejab. Cakraninggrat III, KA Ganding atau Ki Gending meninggal sewaktu bekunjung ke Jawa dan di makamkan di Pamanukan Jawa Barat.

Tahun 1700-1740 : Depati Cakraninggrat IV, KA Bustam atau Ki Galong.
Beliau adalah adik dari KA Ganding, beliau menjadi raja karena putra mahkota yaitu KA Siasip tidak berkenan jadi raja, beliau lebih suka menjadi penghulu. Dan KA Siasip adalah kepala penghulu Agama Islam pertama di Belitung. Pada masa pemerintahan KA Bustam, Beliau mengusir seorang seorang ulama atau seorang guru dari KA Siasip yang bertekad mengIslamkan semua dukun-dukun yang masih menganut ajaran nenek moyangnya. KA Bustam adalah penganut kental ajaran mistis yang diturunkan oleh kakeknya Ki Mending. Pengaruh Ulama Islam begitu mengusik pikiran KA Bustam, ia Khawatir itu akan menjadi ancaman bagi kedudukannya, karena ia menyadari jika tahtanya bukanlah haknya meski sudah diserahkan KA Siasip sepenuhnya.

Tahun 1705 KA Bustam mengangkat seorang ulama dari Mempawah, Datuk Ahmad yang dikenal dengan sebutan Datuk Mempawah untuk menjadi ngabehi di Belantu. Ulama Mempawah ini masih toleran dengan ajaran mistis atau adat perdukunan juga masih menghormati adat kematian seperti acara bilang ari.

KA Siasip terus bertekad dengan cara untuk meluruskan ajaran islam sejatinya meski dapat tantangan dari pamannya sendiri. Dan pada waktu itu masuk lagi seorang ulama dari Pasai bernama Syech Abubakar Abdullah, beliau masuk lewat sungai Buding dan berdiam di Ngabehi Buding, di sini beliau mengIslamkan seorang sakti bernama Tuk Kundo. Namun kemudian Syech Abubakar Abdullah berhasil dibunuh oleh KA Bustam, setelah beradu kesaktian masing-masing. Syech Abubakar Abdullah dimakamkan di Gunung Tajam yang terkenal dengan sebutan Keramat Datuk Gunong Tajam.

Tahun 1740-1755 : Depati Cakraninggrat V, KA Abudin.
Pada masa pemerintahan KA Abudin Balok mengalami kemunduran. Pemerintahannya kurang mendapat simpati karena wataknya yang otoriter seperti ramondanya KA Bustam yang keras hingga banyak tak di sukai oleh penduduk juga para pedagang dan pendatang. Sikap masyarakat di kerajaan Balok terpecah menjadi dua hingga mereka yang tidak puas dengan pemerintahan KA Abudin mengadu kepada KA Usman. Karenanya, KA Usman meminta bantuan pada Sultan Palembang, pengaduan ini membuat KA Abudin marah hingga pertentangan tak terhindarkan. Perkelahian tak dapat ditawar, peristiwa ini dikenal dengan sebutan begaris tanah tak ada yang kalah dalam peristiwa di tepi sungai Berutak ini. Namun utusan Palembang telah datang menjemput KA Abudin. KA Abudin tidak diperkenankan pulang ke Belitung, ia menikah lagi di Palembang. Keturunan KA Abubin hingga kini tetap menyandang gelar KA atau Ki Agus. Raja ke V ini meninggal di Palembang dan dimakamkan di Pelayang.

Konsekwensi atas bantuan Sultan Palembang kepada KA Usman ini, menyebabkan KA Usman mesti mengirimkan 1000 (seribu) keping besi ke Palembang pada setiap tahunnya.

Tahun 1755-1785 : Depati Cakraninggart VI, KA Usman
Pada masa beliau pusat pemerintahan dipindahkan dari hulu sungai Balok ke hulu sungai Cerucuk yang di kenal dengan sebutan Kota Karang. Di saat membuka lahan dan membangun Cerucuk maka mesti membuat dermaga dengan kade-kade di tepian sungai agar kapal dan perahu bisa ditambatkan dengan baik. Pembuatan dermaga ditepian sungai ini memerlukan banyak sekali kayu yang digunakan untuk cerucuk atau penahan pinggiran. Dengan banyaknya kayu cerucuk ini maka sungai ini pun kemudian oleh para pelayar yang berlabuh di situ menyebutnya dengan nama sungai Cerucuk.

Pada masa pengurukan tanah untuk dermaga, bijih timah tanpa sengaja diketemukan di sini. Berita ditemukannya bijih timah ini sampai pula kepada residen Palembang De Herre hingga pada tahun 1759 mendarat dekat Tanjungpandan untuk beberapa jam meneliti tanahnya. Tapi ia kemudian menyimpulkan bahwa tidak ada bijih timah di sana (koppong erts) timah kopong adalah pasir yang mirip pasir timah tapi tak memiliki kandungan timah. Konon, pengkopongan pasir timah bisa dilakukan oleh para dukun tanah di Belitung.

Pada masa KA Usman bijih timah digali secara tradisional dengan teknologi yang dipelajari dari penduduk Bangka.Meskipun begitu bijih timah ini belum bisa dilebur di Belitung maka mesti dilebur di Singkep dulu baru kemudian diperdagangkan ke Johor dan Malaka. Namun nampaknya bijih timah belum menjadi komoditi utama pada masa ini dibandingkan dengan penggalian bijih besi yang sudah digali sejak lama.

Pada tahun 1784, di muara dekat pulau Kalamoa, berlabuhlah armada perahu delegasi dari Palembang dipimpin oleh Syarbudin hendak menuju Kota Karang. Rombangan armada perahu KA Usman datang menjemput tapi sekonyong muncul pula armada bajak laut dari arah lain yang dipimpin oleh Syaid Ali dari Siak, maka pertempuran tak terhindarkan, KA Usman tewas dan mayatnya tak diketemukan hingga beliau dikenal dengan sebutan Depati Hilang dilaut. Perairan laut menjadi tidak aman oleh bajak laut.

Tahun1785-1815 : Depati Cakraninggrat VII KA Hatam
KA Hatam, mendatangkan para penggali timah dari China di Johor lewat Tumasik. Hubungan dengan orang China ini, menyebabkan KA Hatam mengambil istri kedua seorang China yang kemudian menjadi mukhalaf dengan gelar Dayang Kuning.

Perdagangan timah terus berlanjut secara diam-diam setelah dilebur di Singkep kemudian dibawa ke Johor dan Malaka lewat Tumasik. Seorang akhli pertimahan bernama Tuk Munir dari Singkep didatangkan.

Tahun1786, setelah Inggris menguasai Pulau Pinang dan sekitarnya, perdagangan timah dari Belitung dihentikan oleh Depati sendiri. Palembang mulai dipengaruhi Inggris untuk mengusir Belanda, Inggris memberikan bantuan persenjataan hingga pada 14 September 1811 terjadi pembunuhan besar-besaran terhadap orang Belanda. Pada tahun 1812 Inggris menguasai Palembang.

Tahun 1813, Inggris oleh Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan Jendral Gillespie menguasai Palembang, terus Mayor W. Robinson meduduki Bangka kemudian mengutus Tengku Akil dari Siak guna menguasai Belitung. Tengku Akil mendapat perlawanan, dalam peretempuran itu Depati KA Hatam tewas dengan kepala terpotong atau terkerat. Anaknya yang masih berusia muda, KA Rahad dan beberapa saudaranya yang lain berhasil diselamatkan sepupunya KA Luso. KA luso dan orang-orang berhasil mengusir Tengku Akil hingga tengku Akil lari ke bersembunyi di Pulau Lepar dan kemudian tahun 1820 Tengku Akil menjadi kaki tangan Belanda di Bangka tapi mendapat perlawanan pula oleh Demang Singa yuda dan Juragan Selan hingga perahu dan pasukannya ditenggelamkan.

Tahun 1821-1854 : Depati Cakraninggrat VIII, KA Rahad
Upaya Hindia Belanda untuk menguasi Belitung dan mencari bijih timah.
Setelah KA Hatam meninggal, terjadi ketidak lancaran pemerintahan karena KA Rahad yang masih muda untuk menjadi raja. Para pekerja parit timah di cerucuk mengungsi dengan membuka pemukiman baru di tepi Sungai Seburik.

Pada 20 pebruari 1817 Palembang diserahkan kembali oleh Inggris ke Belanda. Kemudian pada 21 Oktober 1821, datanglah Syarif Mohamad dari Palembang guna membuka jalan bagi masuknya Belanda ke Belitung dan mengibarkan untuk pertama kali bendera Belanda di Tanjung Simba. Syarif Mohamad mencoba untuk menguasai kedudukan Depati KA Rahad yang masih berusia muda, tapi upaya itu tak berhasil.

Tahun 1822, Kapten bangsa Belgia, J.P. de la Motte datang dengan pasukannya, mendarat di Tanjung Gunung, namun ia dapat diusir oleh KA Rahad hingga bergabung dengan Syarif Muhamad di Tanjung Simba. KA Rahad dan orang-orang mendirikan benteng di Tanjung Gunung karena benteng Kute di Cerucuk terlalu jauh untuk berhadapan dengan orang asing yang masuk ke Belitung lewat muara sungai cerucuk.

Kekhawatiran J,P. De la Motte cukup beralasan untuk menghadapi KA Rahad di Tanjung Gunung maka dengan bantuan orang-orang China di Seburik, ia membangun Benteng di Tanjung Simba (Belakang Museum Tanjungpandan). Tahun 1823, J.P. de la Motte meninggalkan Belitung karena usahanya untuk menemukan bijih timah gagal dan ia digantikan oleh J.W. Bierschel yang dikawal oleh Kapten Kuehn.

J.W. Bierschel menjadi asisten resident pertama dari resident yang ada di Mentok Bangka. J.W. Bierschel dalam kepentingannya mencari bijih timah. Pegawai Hindia Belanda ini cukup lunak dan bijaksana dalam menghadapi KA Rahad dan orang-orangnya. Ia bahkan mengusulkan agar hak-hak KA Rahad diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sikap Lunak ini membuat KA Rahad memberikan kesempatan untuk tinggal di Benteng Tanjung Gunung. Dan KA Rahad kemudian membangun rumah kediaman barunya (menurut manuskrip KA Abdul Hamid tahun 1934, istana KA Rahad antara Palmenlaan dan Heerenstraat) di situlah Depati KA Rahad mulai mengendalikan pemerintahannya, nampaknya ini awal berdirinya kota Tanjungpandan.

Sikap akomodatif dari asisten resident J.W. Bierschel terhadap KA Rahad, membuat Syarif Muhamad merasa tidak senang karena seolah mengacuhkan dirinya yang sebelumnya telah dipercayakan untuk menguasai Belitung dan Syarif Muhamad pun pulang pada tahun 1824 dan mengadukan tindak-tanduk J.W. Bierscel kepada resident di Mentok hingga tahun 1826, J.W. Biercshel ditarik pulang. Resident menerima laporan jika tidak ada timah di Belitung, tapi Syarif Muhamad mengetahui jika Depati KA Rahad tak memberikan kesempatan penggalian. Maka pada tahun itu juga 1826, Syarif Muhamad dengan pasukannya datang lagi ke Belitung, tapi ia dapat di halau hingga kembali ke Bangka tapi kemudian ia berhasil dibunuh hingga tewas di Mentok.

Belitung kembali kosong dari kaki tangan Belanda tapi bendera Belanda di Tanjung Simba mesti tetap tegak. Karena itu, untuk menggantikan kekosongan maka Belitung diserahkan oleh Belanda kepada Syarif Hassim dari Lingga. Namun Syarif Hassim tak berumur panjang, ia tewas pula dan dimakamkam di sebelah penjara Tanjungpandan.

Tahun 1830, Belanda di Palembang melihat ketidakmampuan resident Mentok untuk mengendalikan Belitung dibawah Depati KA Rahad. Maka Belanda mengutus Syarif Hasan, tapi pada tahun 1835. Syarif Hasan melarikan diri dan melaporkan semua kegagalan upayanya untuk menundukkan Depati KA Rahad. Untuk keberapa kalinya resident Belanda di Mentok kewalahan tapi Belitung tetap dibawah tangungjawabnya, karenanya tahun 1837 oleh Belanda, Belitung dipercayakan kepada Mas Agus Mohamad Asik dari Pulau Lepar. Tapi ia juga hanya bisa bertahan sampai awal tahun 1838.

Pada tahun itu juga sebelum bulan Juli. Belanda mengirim tim ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel P.C. Riedel, guna menyelidiki dan mencari tahu tentang sikap Depati yang tak dapat ditundukkan oleh sekian orang pemimpin baik Belanda atau pun pribumi sendiri. Namun KA Rahad tidak mau bertemu dengan Kolonel P.C. Riedel. Namun ia nampaknya sudah cukup mendapat keterangan dari beberapa pihak atas keinginan KA Rahad. Maka P.C. Riedel juga mendengar anjuran Residen Bangka de Haase serta mantan asistent residen Belitung J.W. Bierschel, agar mengakui hak-hak KA Rahad sebagai Depati Belitung maka 1 Juli 1838, KA Rahad diakui Belanda sebagai Depati Belitung.

Setelah KA Rahad diberi keleluasaan memegang pemerintahan, beliau membagi wilayah Belitung menjadi 6 distrik yang sebelumnya baru ada 4 ngabehi. 2 distrik baru itu adalah Tanjungpandan dan Lenggang.

Tahun 1850 Dr. J.H. Croockewit diutus oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengadakan lagi penyelidikan adanya kemungkinan bijih timah di Belitung, namun sekali lagi ia gagal dan tidak mendapat bantuan dari Depati Rahad ataupun dari rakyat. Pada 28 juni 1851. Para eksplorer timah berangkat dari Mentok dengan membawa surat resmi kepada Depati KA Rahad. Mereka adalah, J.F. Loudon, Van Tuyll, Corns de Groot, dan Den Dekker. Nampaknya Depati KA Rahad masih tetap mengatakan jika bijih timah tidak ada di Belitung, namun tentu saja para ekplorer ini tidak puas dan mengatakan jika misi mereka tidak berhasil maka akan ada misi berikutnya yang akan datang sampai timah ditemukan. Den Dekker terus mencari tahu dari penduduk dan ia mendapat keterangan jika ada seorang melayu yang akan menunjukkan adanya timah di Beltiung, orang itu dulunya pekerja parit timah pada KA Hatam di Cerucuk, Tuk Munir dari Singkep. Tuk Munir lah yang menunjukkan adanya timah di dekat sungai Seburik.

Maka terbukalah rahasia yang selama ini dijaga oleh Depati KA Rahad. Dan KA Rahad tak dapat menghindar lagi kemudian memerintahkah kepada orang-orangnya untuk menunjukkan di mana saja ada terdapat bijih timah. Sejak itu terjadilah kerjasama pencarian bijih timah ke seluruh penjuru pulau Belitung dilakukan dengan didampingi oleh KA Luso dan KA Jalil sebagai mewakili Depati. Para Pencari bijih timah yang dapat bekerjasama dengan baik pada keluarga depati, dan penggalian-penggalian mulai dilakukan. Kandungan timah di Belitung begitu banyak sehingga resident Bangka mulai menunjukkan gelagat untuk mengatur Belitung. Tahun 1852, atas desakan J.F. Loudon, Belitung memisahkan diri dari keresidenan Bangka dan bertanggungjawab langsung ke Batavia. Ini merupakan satu-satunya asistent residen di Hindia Belanda yang tidak menjadi bawahan resident.

Tahun 1856-1873 : Depati Cakraninggrat IX, KA Mohamad Saleh alias KA Saleh
Tahun 1856, orang-orang China mulai didatangkan secara berkala untuk menjadi pekerja parit timah di Belitung. Tanggal 15 November 1860, perusahaan penambangan timah berdiri dengan nama Billiton Maatschappy. Depati KA Mohamad memiliki saham atas parit timah di Bengkuang. Parit Bengkuang ini merupakan cikalbakal lahirnya Kota Manggar. Tahun 1864, ekploitasi timah mulai diusahakan hampir di seluruh Belitung, pada masa ini jalan raya yang menghubungkan ke semua distrik dibangun dibawah pengawasan KA Jalil. Pembangunan jalan ini menghabiskan waktu 8 tahun dengan janji oleh Belanda bahwa usai pembangunan jalan, penduduk Belitung akan disejahterakan.

Tahun 1866, Billiton Maatschappy masih terus mendatang pekerja dari China hingga berjumlah 2724 orang. Banyaknya orang China ini maka oleh Belanda perlu pengawasan oleh komunitas mereka sendiri. Di Wilayah Tanjungpandan dipimpin oleh Kapten Ho A Jun dan di Manggar di pimpin oleh seorang Letnan China serta di beberapa wilayah penambangan yang disebut dengan wijkmeester . J.F Loudon juga mempekerjakan seorang jurutulis China Phang Tjong Tjun.

Tahun 1870, di tepi Sungai Seburik dibangun dermaga tempat tambat kapal, juga dibukanya sekolah untuk orang Tionghoa.

Tahun 1870-1875, penduduk diharuskan menanam pohon kelapa.

Tahun 1870, mesjid Jami’ Tanjungpandan dibangun.

Tahun 1871, didirikan gedung sositet di Tanjungpandan

Tahun 1872, 12 Oktober, jalan raya di seluruh Belitung selesai dibangun dibawah pengawasan KA Jalil.

Tahun 1873, KA Saleh sudah uzur, mengundurkan diri jadi depati. Pada tahun ini juga Pangkat Depati dihapuskan oleh Belanda. Dan semua tugas pemerintahan dialihkan kepada KA Jalil.

Tahun 1874, KA Jalil menagih janji pada Belanda tentang kesejahteraan rakyat Belitung maka sekolah rakyat pertama dibangun, dengan dua kelas di Tanjungpandan.

Tahun 1876, KA Saleh meninggal dunia dan tak menurunkan putra mahkota, beliu dimakamkan dekat makam ramondanya KA Rahad di Cerucuk

Tahun 1879, sekolah rakyat dibangun di Manggar sebanyak dua kelas.

Tahun 1879-1890 : Depati Kepala Distrik Belitong, KA Endek.
Setelah KA Saleh meninggal dan pemerintahan digantikan oleh KA Jalil, tapi kemudian Pemerintah Hindia Belanda sekonyong-konyong mengeluarkan surat keputusan dengan Belsuit GG tgl 17 Januari 1879 No. 9, untuk mengangkat KA Endek menjadi Depati Kepala Distrik Belitong. Keputusan ini membuat ketidak senangan dari KA Jalil karena setelah Depati KA Saleh berhenti dari jabatan depati, Belanda telah menyerahkan pemerintahan kepada dirinya.

Karir KA Endek yang bekerja pada instansi Belanda dimulai menjadi kepala polisi dengan Belsuit GG tgl 19 Agustus 1854 No.2. kemudian menjadi Hoofd Jaksa dengan Belsuit GG tgl 26 Agustus 1867 No 5. Dengan memakai kekuasaan KA Endek yang menjadi depati kepala kepala distrik, Belanda menerapkan pajak kepada rakyat Belitung yaitu, Pajak kepala, Heerendienst dan Gardoedienst. Pajak itu mulai berlaku tahun 1881. Dengan bertambahnya pendapatan rakyat maka dikenakan pula macam-macam cukai seperti Pachter, Candu, Arak, Babi, Perjudian, dan lain-lainnya.

Tahun 1890, KA Endek diberhentikan dengan Belsuit GG 5 April 1890 No.6 dan atas jasanya ia diberi lencana emas kecil yang bertuliskan “Ngabehi KA Endek” setahun kemudian beliau berangkat ke Tanah Suci Mekkah dan meninggal dunia di sana.

Tahun 1890, distrik Sijuk dan Belantu dihapuskan menjadi kelurahan. Namun Distrik baru pun dimunculkan oleh Belanda yaitu Manggar dan Dendang. Distrik yang dipertahankan adalah Buding, Badau, Lenggang, dan Tanjungpandan, semua kepala distrik ini digaji oleh pemerintah Hindia Belanda.

Tahun 1892, Sebutan “Ngabehi” sebagai kepala distrik dihapuskan oleh Belanda maka mulai saat itu hanya dikenal kepala distrik saja meski pun begitu, sebutan untuk Ngabehi kepada kepala distrik secara adat tetap dipakai oleh rakyat, namun kemudian redup ditelan zaman.

Tahun 1898, moderninasi alat-alat perusahaan timah, adanya lokomobil, serta hubungan telpon.Tahun 1903, adanya pesawat telegram untuk berhubungan dengan Pulau Jawa.

Tahun 1905, Distrik Kelapakampit muncul dan penduduk pribumi Belitung menjadi 39.483 sedangkan peduduk China berjumlah 22.670 karena itu dibutuhkan sekali untuk menempatkan seorang “Civil Gezaghebber” di Manggar sebagai pembantu asisten resident.

Tahun 1908, didatangkan mobil pertama ke Belitung.

Tahun 1909, pembangkit listrik dibangun di Manggar (EC)

Tahun 1914-1918 pembukaan sekolah rakyat di Sijuk, Dendang, Lenggang, serta di Tanjungpandan dibuka H.I.S (Hollandsch Indonesische School).

Tahun 1915, pencanangan hutan cadangan, adanya pelarangan penebangan kayu di hutan lindung.

Tahun 1915, pasar Manggar terbakar seluruhnya.

Tahun 1917, pembangunan gedung sandiwara di Tanjungpandan, gedung ini kemudian menjadi bioskop Garuda, kini pasar swalayan Puncak.

Tahun 1921, harga timah merosot setelah berakhirnya perang Dunia I, maka Hindia Belanda mengadakan penghematan besar-besaran terhadap anggarannya.

Tahun 1921, Demang pertama KA Abdul Adjis. Tepatnya tanggal 28 Juni 1921 asistent resident ALM Clignett, menjadikan Belitung Rechte Gemeencshap Billiton, berkedudukan di Tanjungpandan dan dipimpin oleh seorang Demang, serta asistent demang yang berkedudukan di Manggar dan Dendang. Ini bagian dari penghematan anggaran pemerintah Hindia Belanda sesudah perang dunia I.

Tahun 1924, tanggal 9 September. Billiton Maatschappy diubah menjadi NV GMB atau NV. Gemeenscha Pelyke Mynbouw Maatschappy Billiton.

Tahun 1926, Raad Van Beheer NV GMB mendirikan Dana Kesejahteraan Rakyat Belitung (Bevolkingsfonds Billiton) guna mengenang 75 tahun berdirinya Maatschappy Billiton. Dana tersebut digunakan untuk bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Belitung maka didirikan Jawatan kesehatan Rakyat, kemudian Sekolah pertukangan (Ambaschtscursus) di Manggar.

Tahun 1927, asistent resident mengadakan sekolah desa pertama.

Tahun 1929, diusahakan untuk membuat perkebunan lada.

Tahun 1930-an Belitung tekena juga dampak krisis dunia, pertambangan timah banyak ditutup dan para pekerja diberhentikan, termasuk pertambangan bijih besi dan tembaga di Gunung Selumar.

Tahun 1933, 1 Maret, Belitung menjadi Onderafdeling dari Keresidenan Bangka, sejak terpisah tahun 1852 karena tahun 1852 asistent resident Belitung langsung bertanggungjawab ke Batavia. Tahun itu juga kedudukan dan pangkat “Civil Gezaghebber” di Manggar ditiadakan.

Tahun 1935, Belitung dibagi menjadi dua distrik, Belitung Barat dan Belitung Timur masing-masing dikepalai seorang Demang.

Tahun 1935, Demang membuat kebijakan membuka percobaan perkebunan, singkong, kacang, jagung, dan pepaya yang bibitnya didatangkan dari jawa.

Tahun 1936, Demang pula membuat kebijakan pembukaan sawah di Perpat, Mentigi, tapi mengalami kegagalan. Belitung menerima dampak perang dunia II dan harga timah melonjak.

Tahun 1940, Jerman menduduki negeri Belanda maka Hindia Belanda mesti membuat kebijakan sendiri.

Tahun 1941, Hindia Belanda menyatakan perang kepada Jepang.

Tahun 1942, 28 Februari, Jepang melakukan serangan udara terhadap Belitung. Ini menimbulkan kepanikan luar biasa, sekolah ditutup, orang-orang kota bersembunyi ke hutan dan kampung-kampung. Orang Eropa dievakusi ke Jawa, dua buah kapal yang membawa mereka ditenggelamkan.

Tahun 1942, 10 April, Jepang masuk ke Belitung, pegawai NV GMB di internir. Demang KA. Moh.Yusup ditunjuk Jepang sebagai Pengganti asistent residen untuk waktu tiga bulan dan bertanggung jawab kepada komandan militer.

Tahun 1943, Januari, sekolah-sekolah dibuka lagi, upaya mendatang bahan makanan untuk rakyat. Perbaikan besar-besaran terjadi termasuk pembukaan tambang-tambang timah. NV GMB dirubah menjadi MKK yaitu “Mitsubishi Kogyoka Kaisha”. Tambang terowongan di Gunung Selumar dibuka lagi khusus untuk menggali bijih besi dan tembaga.

Tahun 1943, peladangan padi dibangun Jepang di Perpat selama 6 bulan dan menghasilkan 800 ton padi ladang.

Tahun 1943, Jepang membuka pelabuhan bebas, Belitung berkembang pesat dan ramai, dibuka sekolah pertukangan perahu di Manggar. Dan perahu-perahu 50 ton ke atas dibangun.

Tahun 1943, Pelabuhan udara di Buluh Tumbang dibangun untuk kepentingan militer, sampai akhir perang dunia II sarana itu belum selesai.

Tahun 1945, Jepang membentuk Badan Kebhaktian Rakyat yang bertugas membantu pemerintahan jepang, badan ini dibubarkan usai perang.

Tahun 1945, 6 September, pejabat kepala daerah mendapat surat kawat dari resident Bangka, berisi tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dan perintah untuk membentuk Komite Nasional Indonesia yang bertugas mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang, namun Jepang meninggalkan Belitung sudah pada bulan Agustus. Komite belum terbentuk.

Tahun 1945, KA Moh. Yusup pulang dari Bangka bersama dengan R.M Joedono, mengambil alih pimpinan pemerintahan dan segera mengadakan rapat-rapat dengan pemuka rakyat, juga tiga orang utusan Resident Bangka untuk segera membentuk Komite Nasional Indonesia.

Tahun 1954, 18 Oktober, dengan pesawat terbang, 3 orang mantan pegawai GMB mendarat di Tanjungpandan dan langsung menuju kantor pemerintahan daerah yang saat itu sedang diadakan pembentukan Komite Nasinal Indonesia, pada hari itu komite terbentuk.

Tahun 1954, 21 Oktober, Belitung diduduki tentara Belanda yang membonceng tentara sekutu. Perintah resident Bangka untuk menyambut mereka dengan baik, tapi masyarakat melakukan perlawan pasif. Ada rencana melakukan perlawanan aktif yang diatur oleh R Margono, dia mantan polisi.


Tahun 1945, 24-25 Nopember pasukan rakyat dari Sijok, Aik Selumar, Aik seruk, bergerak ke pusat kota TanjungPandan untuk menyerbu tentara Belanda, perlawanan tak seimbang menghadapi senjata moderen Belanda hingga ada yang gugur dan penyerbuan itu pun mundur. Atas perlawan ini beberapa pemimpin rakyak ditangkapi oleh Belanda.

Tahun 1945, 14-19 Desember, perlawanan terhadap tentara Belanda yang dipimpin oleh FFJ. Manusama terjadi di Pulau Mendanau, guna menghadang pendaratan tentara Belanda yang menggunakan kapal perang “Admiraal Trom”.

Tahun 1946, Belanda membentuk “Dewan Belitung Sementara” diketuai kepala pemerintahan Belanda.

Tahun 1947, Desember, Dewan Belitung Sementara menjadi Dewan Belitung yang beranggotan 18 orang, diketuai oleh KA Moh.Yusup. Sejak itu Belitung menjadi otonom yang langsung berada dibawah pemerintah pusat Jakarta.

Tahun 1947, selama 4 bulan pegawai GMB mengadakan pemogokan untuk memprotes pendudukan tentara Belanda di Belitung. Karena aksi ini maka GMB mengadakan perubahan kebijakan terhadap pegawainya dengan memberikan berbagai insentif. Selanjutnya melakukan modernisasi terhadap alat-alat produksinya.

Tahun 1948, Januari, Dewan Belitung bergabung dengan Dewan Bangka dan Dewan Riau, menjadi satu Negara Federasi BABERI (Bangka Belitung Riau) yang disyahkan pada 23 Januari 1948. Sebagai Negara Federal Bangka Belitung dan Republik Inonesia Serikat (RIS) mengirim utusan dalam KMB (Konprensi Meja Bundar di Den haag Belanda, tahun 1949) mewakili Bangka oleh Saleh Acmad dan Dr, Liem Chai Lie dan mewakili Belitung KA Moh. Yusup.

Tahun 1950, 4 April, Dewan Belitung dibubarkan bersamaan bubarnya Negara Federal dan Belitung bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tahun 1950, 21 April, Perdana Menteri Dr. Halim bersama dengan Gubernur sumatera Selatan Dr. M. Isa berkunjung ke Bangka. Dan Bangka Belitung diserahkan kepada gubernur Sumatera Selatan untuk menjadi bagian Provinsi Sumatera Selatan. Keputusan itu baru tertuang dalam Undang-Undang Darurat No. 3. Tahun 1956.

Tahun 1950, 27 April, Presiden Soekarno mengunjungi Belitung.

Tahun 1968, 29 September, di Hotel Tanjung Kelayang diadakan rapat, dihadiri utusan Kabupaten Bangka, Kodya Pangkalpinang, Kabupaten Belitung, guna persiapan Pembentukan Provinsi Bangka Belitung, memisahkankan diri dari Provinsi Sumatera Selatan, munculnya Deklarasi Tanjung Kelayang.

Tahun 2000, tanggal 21 November, berdasarkan UU No.27 tahun 2000, pulau Belitung bersama dengan pulau Bangka memekarkan diri membentuk satu provinsi baru dengan nama provonsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai provinsi ke-31 di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 2003, kabupaten Belitung memekarkan diri menjadi 2 kabupaten, yaitu kabupaten Belitung dan kabupaten Belitung Timur.

Baca semua akh...

Cerita Bohong Original - Ssst, Jangan No'ong...!

Ini kisah tentang si Bagong
Yang baru datang dari Hongkong
Sukanya makan kue pancong
Bapaknya gerandong, emaknya sundel bolong
Rambutnya gondrong, bibirnya monyong, giginya kinclong
Kalo duduk kayak bangkong
Kalo jalan kayak pocong
Suatu hari di siang bolong
Si Bagong lagi naik odong-odong
Tiba-tiba Bagong teriak minta tolong
Ternyata si Bagong digigit kucing garong
Si Otong yang lagi bengong
Langsung datang mau nolong
Dikirain ada yang nyolong
Nggak taunya si Bagong yang tukang bo'ong
Lagi duel ama kucing garong
Si Otong nonton dibawah kolong
Kayak lagi nonton lenong
Sambil ditemani botol kosong
Si garong menang, tapi giginya ompong
Bagong yang kalah minta digotong
Gigi si garong nyangkut di bokong
Celana Bagong jadi bolong
Tapi bo'ong... o_O

Baca semua akh...